Oleh : Christian Sidenden (Redaktur Senior Dayak News)
Dayak News – Istilah reformasi (Inggris Reformation) itu mula kalinya muncul pada tahun 1517, saat paderi Martin Luther memunculkan kritik-kritik pada Gereja Katolik Roma saat itu. Setelah ia memprotes sekian banyak penyimpangan yang terjadi dalam Gereja, saat itu, maka gerakannya lalu melahirkan Protestantisme yang terus terjadi hingga sekarang.
Meskipun begitu, saat ini, tidak sedikit orang Kristiani yang tidak lagi seberapa mengenal apa saja pokok perjuangan Luther itu sehingga ada gereja-gereja Reformasi Protestan.
Malahan justru belakangan kebanyakan generasi milenial Kristiani yang tidak peduli dengan kesejarahan iman Kristen tersebut.
Fenomena yang muncul di perbincangan lintas iman di media-media sosial, seperti tiktok, seringkali memperlihatkan ketidak-pahaman dari sekian generasi muda atas pokok perjuangan reformasi itu.
Mungkin saja hal ini disebabkan aras gereja reformasi itu sudah tidak banyak mengajarkan kepada kader-kader muda mereka tentang asas protestan itu lagi. Atau juga sudah dianggap bahkan tidak perlu lagi diterus-teruskan di zaman modern. Entahlah.
Padahal gerakan reformasi itu memiliki semboyan dalam bahasa Latin, Ecclesia Reformata Semper Reformanda est – Gereja Reformasi adalah yang senantiasa Mereformasi dirinya. Artinya semangat reformasi itu jangan sampai padam.
Luther (1517) mendasari kritiknya pada keharusan kembali pada ajaran Alkitab sebagai sumber utama pengajaran iman. Sehingga dikatakan sebagai Sola Scriptura (‘hanya oleh Alkitab saja’) yang menjadi panduan bagi umat memahami maksud Ilahi bagi keselamatan. Begitu pula dalam iman yang dibimbing pembacaan firman Tuhan itulah yang membawa pada keselamatan yang sesungguhnya atau Sola Fide (‘hanya dalam Iman saja’). Terakhir oleh karena tidak ada usaha lain yang bisa menggantikan kebenaran itu yang menyelamatkan, maka gerakan reformasi percaya bahwa dalam Rahmat belaka manusia itu beroleh keselamatan atau Sola Gratia (‘hanya oleh Rahmat saja’).
Pertanyaannya, sudah sampai di mana gerakan ini senantiasa dipandu oleh ketiga Sola itu tadi? Memang dewasa ini aras gereja-gereja Protestan memang mengadakan bulan Alkitab. Bulan itu didedikasikan pada menghargai dan memberi tempat pada arti membaca dan merenungkan Alkitab dalam setiap rumah tangga Kristiani. Hanya saja, sudahkah tercukupi pula penafsiran yang dapat membimbing setiap umat membaca Alkitab itu?
Demikian pula pada aras gereja-gereja itu selain rutin ibadah mingguan, telah dibentuk pula satuan-satuan kelompok pelayanan kategorial. Misalnya, seperti kaum bapak, kaum ibu dan wanita, kaum muda-mudi dan kaum remaja. Mereka memiliki segmentasi dalam sesi pembacaan dan penafsiran Alkitab. Kembali lagi, isunya itu, mengenai bimbingan penafsiran dalam pelayanan kategorial itu seperti bagaimana?
Sebagai bagian integral dari bangsa dan negara, gereja-gereja juga diperlukan dalam memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan bangsa dan negara. Untuk itu sangat diperlukan sumbangan pemikiran dari umat Kristiani juga berdasarkan nilai-nilai Alkitab yang dibacanya itu. Hal ini suka tak suka, harus diakui sangat kurang untuk diberikan. Padahal tujuan mereformasi diri itu juga termasuk ikut terus mereformasi masyarakat dan bangsa di mana mereka berada.
Salah satunya yang sedang sementara ini menjadi agenda politik di daerah ini, ialah Pemilu Kepala Daerah di Kalteng. Saat ini tentunya suara dari umat Kristiani itu sangat penting guna memutuskan nasib daerah ini untuk lima tahun ke depan. Memilih pemimpin daerah yang tepat dan memang bisa diharapkan untuk membangun daerah ini.
Persoalannya, masih terdengar pesan bahwa Lembaga-lembaga Gereja tidak berpolitik langsung. Meskipun umat diberikan kebebasan untuk menentukan pilihannya kemana. Untuk itulah kiranya memang perlu dalam pelayanan-pelayanan kategorial itu tadi hal-hal semacam ini dibicarakan dan diarahkan. Karena tentunya sangat disayangkan kalau kontribusi umat Kristen itu apatis atau tidak tentu. Padahal mereka yang seharusnya turut bertanggung jawab menentukan nasib daerah ini ke depan. Bukankah ini juga bagian dari kegiatan mereformasi diri? Selamat hari Reformasi Gereja 31 Oktober. (*)