Oleh : Said Kamal “Dewak” Al-Habsy S.Sos (Wartawan Dayak News Medan)
Dalam momen pelepasan sandera Israel oleh para pejuang Hamas dari Brigadir Al-Qassam, terpancarlah kebaikan dan keberanian yang patut diakui. Tidak hanya sebagai pahlawan perang, tetapi juga sebagai pahlawan hati.
Pengalaman sandera itu sendiri menjadi sebuah narasi manusiawi. Mulai dari perlakuan yang lembut, sopan, hingga penuh kemanusiaan, menggambarkan bahwa pejuang Hamas memiliki sisi yang jarang terlihat di tengah konflik bersenjata. Anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan orang tua sepuh, semuanya terlihat bahagia saat memasuki ambulans Palang Merah Internasional. Senyuman, sapaan hormat, dan pelukan saling berpadu, menciptakan momen mengharukan.
Sebuah kisah mencolok datang dari tawanan Israel bernama Maya Regeth. Terlihat bahwa tidak hanya ada keterikatan antara para tawanan dan pejuang Hamas, tetapi juga kemungkinan adanya Stockholm Syndrome, seperti yang dijelaskan oleh ahli psikologi Ratna Yunita Setiyani Subardjo. Meskipun terkena trauma penculikan, perlakuan manusiawi dari para pejuang membuat melepaskan diri menjadi suatu tantangan berat, menciptakan ikatan yang sulit dipisahkan.
Momen penuh emosi seperti ini menyoroti bahwa dalam keadaan ekstrem, hubungan kemanusiaan dapat muncul bahkan di antara pihak yang sebelumnya berseberangan. Stockholm Syndrome menjadi gejala psikologis yang mungkin dialami para tawanan, yang berusaha menciptakan kenangan manis bersama dengan para pejuang Hamas.
Penting untuk diakui bahwa respons masyarakat, tanpa memandang agama, terhadap perilaku baik pejuang Hamas terhadap 21 tawanan Israel sangat positif. Hal ini menjadi bukti bahwa persepsi terhadap Hamas tidak semata-mata sebagai kelompok kejam, tetapi juga sebagai individu-individu dengan hati yang baik.
Perlakuan kemanusiaan terhadap tawanan perang, seperti pemberian makanan dan pengobatan, menunjukkan sisi humanis pejuang Hamas. Bahkan perhatian terhadap anjing milik anak kecil Israel dalam perawatan mereka menambah dimensi kebaikan hati yang patut diakui.
Sebagai warga dunia, termasuk masyarakat Indonesia, patut memberikan penghargaan dan salam hormat kepada pejuang Hamas yang menunjukkan bahwa keberanian dan kemanusiaan dapat bersatu di tengah konflik. Kisah cinta antara Maya Regeth dan salah satu pejuang Hamas menjadi gambaran unik tentang keajaiban yang muncul di tengah kepiluan perang. Semoga kisah ini menjadi inspirasi untuk lebih memahami kompleksitas konflik dan kemanusiaan dalam konteks yang sulit. (*)