MENJAHIT COVID, MEMPERKENALKAN BENANG BINTIK

oleh -
oleh
MENJAHIT COVID, MEMPERKENALKAN BENANG BINTIK 1

(Oleh: Saripudin)
Jeda satu jam belum genap berlalu. Namun, deru mesin jahit itu sudah kembali berderu. Jarumnya bertalu, menusuk-nusuk kain berpola prisma. Merajutnya dengan benang berbagai warna, membentuk masker aneka rupa.

Pemakai mesin, Jumiati (48 tahun), seorang ibu rumah tangga warga Jalan Tjilik Riwut Km 2, Palangka Raya. Jumi, begitu perempuan lima orang anak ini biasa disapa, membuka usaha rumah jahit di salah satu ruangan di kediamannya.

Menjahit adalah kegemaran lama yang kini menjadi usaha sampingan keluarga Jumi. Lebih dari 22 tahun sudah aktivitas itu digelutinya. “Penjahit Annisa”, begitu label usaha rumah jahit yang dikelolanya. Annisa diambil dari nama anak ketiganya yang kini berkuliah di Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMP).

Ragam layanan usaha ini meliputi jasa penjahitan busana wanita dan anak-anak. “Panen” pesanan jasa jahitan biasanya terjadi jelang Idul Fitri setiap tahunnya. Namun, tahun 2020 ini istilah “panen” pesanan itu tak ada lagi. Novel Corona Virus atau Covid-19 datang ke Indonesia untuk merenggutnya.

Virus yang merebak dari Negeri Tirai Bambu ini dengan ganas menyerang siapapun yang dekat dengannya. Jika terkena, daya tahan tubuh orang itu melemah. Beberapa kasus menyebabkan kematian dimana-mana.

Setelah “menginvasi” Indonesia, Maret 2020, virus ini sampai pula ke “Kota Cantik” Palangka Raya. Suka tidak suka, pemerintah dari pusat hingga daerah meresponnya dengan memberlakukan sejumlah aturan pembatasan.

Pola hidup warga pun berubah. Tak ada lagi semarak Idul Fitri seperti tahun-tahun sebelumnya. Padahal, masa jelang hari raya terbesar umat Islam itulah berkah bagi pengelola usaha, termasuk para penjahit seperti Jumi.

Melemahnya ekonomi secara global, perubahan pola hidup akibat berbagai aturan pembatasan turut membuat kuantitas pesanan jahitan Jumi seret. Nyaris tak ada lagi pesanan jahitan baju, celana, atau sejenisnya.

BACA JUGA :  Strategi Manajemen Risiko RS Sentosa Bogor dalam Mewujudkan Fasilitas Kesehatan yang Aman dan Bebas Tuberkulosis

Di tengah kesulitan akibat pembatasan dan turunnya daya beli masyarakat, Jumi coba berinovasi. Arahan pemerintah agar masyarakat mengenakan masker ditangkapnya sebagai peluang yang patut dicoba.

Per Maret 2020 lalu, Jumiati mulai berkreasi menciptakan aneka masker bernuansa lokal Kalimantan Tengah, terutama dari bahan kain batik Benang Bintik. Selain ingin dijadikan sebagai sumber penghasilan, sebagai penjahit lokal, Dia juga ingin lebih memperkenalkan khasanah keunikan motif batik khas Bumi Tambun Bungai ini.

Berbagai kreasi masker “rasa lokal” pun dibuat. Selanjutnya, tugas anak-anak dan keponakannya untuk bergerak, berpromosi secara online. Annisa, Noey, dan Een menjadi sales produk ini lewat sosialisasi di media sosial facebook dan instagram.

Hasilnya, publik menerima. Pesanan pun datang dari warga di berbagai penjuru kota. Bahkan, ada pula pemesan dari sejumlah kabupaten di Kalimantan Tengah seperti Kapuas dan Seruyan.

Alhamdulillah, peminatnya cukup banyak hingga kita kerjakan nonstop setiap harinya. Istirahatnya paling 1 jam, lanjut potong pola dan jahit lagi,” kata Jumi kepada penulis di tempat usahanya, Jumat (30/10/2020) jelang siang.

MENJAHIT COVID, MEMPERKENALKAN BENANG BINTIK 2

Seiring dengan peningkatan animo pemesan masker kain produksi rumah jahit Annisa ini, Jumi pun juga menambah kreasi produknya. Bahan masker tak lagi hanya dibuat dari kain batik Benang Bintik, namun juga berbahan kain silky, katun polos aneka warna, bahkan kain batik daerah lainnya dari berbagai wilayah di Indonesia.

Selain itu, Jumiati juga menerima beberapa pesanan masker kain dalam jumlah banyak yang dipesan khusus untuk dibagikan secara massal ke masyarakat di kegiatan-kegiatan sosial.

Ada pula pesanan kelas “lux”, yakni masker khusus acara pernikahan untuk kedua mempelai pengantin.

Harga yang dipatok Jumiati juga bervariasi. Untuk masker kain biasa yang dipesan untuk dibagikan ke masyarakat dibandrol Rp 6 ribu hingga Rp 8 ribu. Untuk masker kain motif benang bintik, rata-rata harga satuannya Rp 15 ribu. Sedangkan masker berbahan kain silky atau kualitas di atasnya dipatok Rp 35 ribu per potong.

BACA JUGA :  Dari Puncak Burj Khalifa: Refleksi Dubai dan Tantangan Indonesia

Dari segi keamanan, produk masker buatan rumah jahit Annisa ini relatif sudah memenuhi standard yang diarahkan Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Sebab, masker ini dibuat dengan dua lapis kain sehingga mampu menahan droplet baik dari luar mapun dari penggunanya sendiri.

“Jika memang ke depan ada aturan masker yang boleh dipakai adalah masker yang sesuai dengan ketentuan Standard Niaga Indonesia (SNI) kami berharap pihak terkait bisa mendorong usaha ini untuk memenuhi ketentuan tersebut,” harapnya.

Terkait pengantaran, Jumiati dibantu Zul, putra sulungnya yang bertugas untuk mengirim produk ke alamat pemesan. Sedangkan pesanan dari luar Kota Palangka Raya menggunakan jasa titipan barang.

Dalam sehari, rumah jahit ini rata-rata mampu menghasilkan 20 hingga 50 masker kain aneka bahan. Omset yang diperoleh pun disebut “lumayan” untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Kami bersyukur di saat perekonomian semua orang sulit akibat dampak pandemi Covid-19 ini, jahitan masker bisa membantu pemasukan untuk mencukupi kebutuhan hidup,” ungkapnya.

MENJAHIT COVID, MEMPERKENALKAN BENANG BINTIK 3

Kendati mendapat rejeki dari aktivitas ini, sebagai masyarakat Jumiati mengaku tetap ingin pandemi ini lekas berlalu. Namun, Dia tak bisa memprediksi kapan itu terjadi.

Data Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Kalimantan Tengah sendiri masih terus menunjukkan grafik peningkatan. Angka konfirmasi positif baru selalu ada setiap harinya, kendati angka kesembuhan juga kian meningkat.

Per Jumat (30/10/2020) kemarin, tim merilis adanya tambahan 11 kasus baru konfirmasi positif Covid-19. Alhasil, angka total pasien Corona Kalimantan Tengah kini berjumlah 4.297 orang.

Hal yang menggembirakan, konfirmasi kesembuhan juga terus meningkat. Tercatat kemarin, 33 orang yang sembuh dari virus ini. Secara keseluruhan, sudah 3.855 orang di Kalimantan Tengah yang resmi dinyatakan “merdeka” dari paparan virus ini.

BACA JUGA :  Apel Pagi Wujudkan Pendisiplinan Anggota Poldek Jelai Melaksanakan Kegiatan Kepolisian

Pada kasus meninggal dunia akibat Covid-19, sepanjang 24 jam kemarin tidak terdapat penambahan kasus. Jumlahnya tetap pada angka 151 orang sehingga Case Fatality Rate (CFR) Covid-19 masih berada di angka 3,5 persen.

Data jumlah kesembuhan pasien Covid-19 memang bertambah. Kematian juga nihil dalam sehari kemarin. Pun sebentar lagi vaksin Covid-19 akan diedarkan oleh pemerintah ke seluruh penjuru Nusantara. Ini menjadi penanda kemungkinan akhir dari pandemi. Namun, Tim Gugus Tugas tetap mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada.

Kewajiban “4M” yang meliputi mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker saat bepergian, menjaga jarak dalam bersosialisi dengan orang lain serta menghindari kerumunan terus dikumandangkan.

Keharusan-keharusan itu pula lah yang menjadi jaminan usaha masker seperti dijalankan Jumi di Palangka Raya ini bisa terus berjalan. Mungkin baru berhenti bila keharusan memakai masker ini dicabut seiring berakhirnya pandemi. Mungkin pula berketerusan karena pemakaian masker menjadi keharusan dalam tatanan pola hidup baru atau new normal.

Satu yang pasti, selama aktivitas pembuatan masker itu dibuat, sepanjang itu pula Jumi ikut serta ‘menjahit’ si jahat Covid sekaligus memperkenalkan motif batik khas Suku Dayak Kalimantan Tengah, sang Benang Bintik. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.