Oleh: Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si., M.Si (Kepala Laboratorium Fisika Nuklir Universitas Sumatera Utara, Peneliti PUI Karbon Kemenyan USU-Medan, Wartawan Dayak News)
Abstrak
Pengelolaan limbah menuju zero waste semakin relevan dengan meningkatnya volume sampah dan dampak negatif terhadap lingkungan. Penerapan fisika ekonomi menjadi inovasi penting dalam memetakan arus energi dan entropi dalam rantai produksi dan konsumsi. Artikel ini memaparkan integrasi konsep hepta helix, ekonomi sirkular, ekonomi hijau dan biru, serta sistem PROPER Gold sebagai pendekatan holistik untuk mencapai target keberlanjutan sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Studi ini juga menawarkan solusi konkret melalui optimalisasi daur ulang dan konversi energi dari limbah.
Kata Kunci
Zero Waste, Fisika Ekonomi, Hepta Helix, SDGs, Sirkular Ekonomi, Ekonomi Hijau, Ekonomi Biru, PROPER Gold
Latar Belakang Masalah
Dalam era modern ini, pengelolaan limbah menjadi isu yang semakin krusial seiring dengan meningkatnya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat urban seperti Kota Pematang Siantar. Model zero waste bertujuan untuk mengurangi, mendaur ulang, dan memanfaatkan kembali limbah agar tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Pendekatan ini memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap fisika ekonomi serta kolaborasi lintas sektor.
Rumusan Masalah
• Bagaimana kondisi pengelolaan limbah saat ini di Kota Pematang Siantar?
• Apa saja tantangan dalam menerapkan konsep zero waste?
• Bagaimana model hepta helix dapat mendukung pengelolaan limbah yang berkelanjutan?
Permasalahan
• Volume sampah yang terus meningkat.
• Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah.
• Keterbatasan infrastruktur dan teknologi dalam pengelolaan limbah.
Pertanyaan Kajian
Apa saja jenis sampah yang dapat diolah menjadi zat aditif kuliner di Kota Pematang Siantar?
Mengidentifikasi jenis-jenis limbah organik dan anorganik yang dihasilkan oleh UMKM kuliner dan potensi penggunaannya sebagai bahan tambahan makanan.
Bagaimana proses pengolahan sampah menjadi produk inovasi kuliner yang aman dan berkualitas?
Menganalisis metode pengolahan yang tepat untuk mengubah limbah menjadi zat aditif yang memenuhi standar keamanan pangan.
Apa tantangan yang dihadapi oleh UMKM dalam mengimplementasikan penggunaan limbah sebagai bahan baku kuliner?
Menggali kendala operasional, regulasi, dan persepsi masyarakat terkait penggunaan bahan baku dari limbah.
Bagaimana penerapan prinsip zero waste dapat meningkatkan nilai tambah bagi produk kuliner UMKM di Pematang Siantar?
Meneliti dampak ekonomi dari penggunaan limbah sebagai bahan baku terhadap profitabilitas dan daya saing UMKM.
Apa peran pemerintah dan komunitas dalam mendukung inovasi pengolahan sampah menjadi produk kuliner?
Menganalisis kebijakan, program, atau inisiatif yang ada untuk mendukung pengelolaan sampah dan inovasi produk di sektor kuliner.
Bagaimana strategi pemasaran untuk produk kuliner yang menggunakan zat aditif dari limbah?
Menyusun rencana pemasaran yang efektif untuk mempromosikan produk inovatif ini kepada konsumen.
Apa dampak lingkungan dari pengolahan sampah menjadi produk kuliner terhadap keberlanjutan ekosistem lokal?
Mengevaluasi manfaat ekologis dari pengurangan volume sampah dan penggunaan kembali limbah dalam industri makanan.
Bagaimana model hepta helix dapat diterapkan dalam kolaborasi antara UMKM, pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk inovasi ini?
Mengidentifikasi peran masing-masing stakeholder dalam menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi berbasis pengelolaan sampah.
Batasan Masalah
Studi ini akan fokus pada pengelolaan limbah domestik dan komersial di Kota Pematang Siantar serta penerapan model hepta helix dalam kebijakan pengelolaan limbah.
Ruang Lingkup Kajian
Kajian ini akan menghubungkan berbagai disiplin ilmu seperti fisika ekonomi, ilmu lingkungan, dan kebijakan publik untuk menciptakan solusi yang komprehensif terhadap permasalahan limbah.
Tujuan
Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi pengelolaan limbah di Kota Pematang Siantar serta memberikan rekomendasi untuk implementasi model zero waste.
Objektif
• Menganalisis profil sampah di Kota Pematang Siantar.
• Mengkaji penerapan konsep sirkular ekonomi dalam pengelolaan limbah.
• Mengembangkan rencana aksi untuk mencapai zero waste.
Dasar Teori
Profil dan Pemetaan Sampah di Kota Pematang Siantar
Profil Sampah di Kota Pematang Siantar
Kota Pematang Siantar menghasilkan berbagai jenis sampah yang terdiri dari organik dan anorganik dengan proporsi yang bervariasi.
Pemetaan Sampah di Siantar
Pemetaan dilakukan untuk memahami sumber dan jenis sampah yang dihasilkan serta pola pembuangan yang ada.
Jenis-Jenis Sampah di Siantar
Sampah organik,Sampah plastik, Sampah Jenis dan Komposisi Sampah
Sampah kota ini didominasi oleh limbah organik, dan plastik serta kertas dan logam.
dengan sebagian besar berasal dari rumah tangga, bisnis, dan fasilitas umum. Pemetaan ini membantu dalam mengidentifikasi fokus utama untuk pengelolaan sampah
Konsep 7R dalam Pengelolaan Sampah Kota Siantar
Konsep 7 R: Reuse, Redesign, Renew, Reduce, Recovery, Repair, Refuse
Konsep 7 R merupakan pendekatan strategis untuk mengurangi jumlah sampah melalui penggunaan kembali material dan desain produk yang ramah lingkungan.
Implementasi Penerapan konsep 7R, termasuk penolakan produk yang tidak ramah lingkungan (Refuse) hingga perbaikan barang (Repair), membantu kota mengurangi ketergantungan pada tempat pembuangan akhir. Selain itu, konsep ini mendorong perubahan paradigma bahwa sampah dapat menjadi sumber ekonomi.
UPT Sampah / DLH
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memiliki peran penting dalam pengelolaan limbah di Kota Pematang Siantar.
Rencana Pembentukan Pembelian Sampah di Kota Siantar
Rencana ini bertujuan untuk menciptakan insentif bagi masyarakat untuk mendaur ulang sampah mereka dengan sistem pembelian kembali.
Bagaimana Merealisasikan “Sampah adalah Emas”
Dengan menerapkan Konsep 7 R, strategi yang tepat dan inovasi dalam pengelolaan limbah, atau sampah dapat diolah menjadi sumber daya yang berharga, baik melalui kompos, daur ulang atau konsep 7 R lainnya khususnya plastik, maupun alternatif produk kreatif lainnya, inovasi sampah dapat dimanfaatkan sebagai sumber dalam ekonomi sirkular.
Program pembelian sampah yang dikelola UPT Sampah dapat memperkuat inisiatif ini di Siantar.
Berikut adalah gambaran mengenai potensi dan
estimasi potensi berat sampah untuk berbagai jenis sampah mencakup sampah organik, anorganik, dan beberapa kategori khusus yang dapat memberikan nilai ekonomi dan peluang pengelolaan yang optimal.
Angka ini adalah estimasi umum dan dapat bervariasi tergantung pada data faktual yang tersedia, namun memberikan gambaran kasar tentang komposisi dan potensi masing-masing jenis sampah di Kota Pematang Siantar:
1. Sampah Organik
Sampah organik di Kota Pematang Siantar terdiri dari sisa-sisa makanan, daun, sayuran, dan limbah pertanian yang dapat terurai secara alami. Potensi dari sampah organik ini sangat besar untuk diolah menjadi kompos atau pupuk organik, yang bermanfaat bagi sektor pertanian lokal. Selain itu, teknologi biodigester dapat dimanfaatkan untuk mengubah sampah organik menjadi biogas sebagai sumber energi alternatif. Sampah jenis ini biasanya mendominasi timbulan sampah di Siantar, terutama dari rumah tangga dan pasar tradisional.
• Estimasi Berat: Sekitar 55-60% dari total timbulan sampah, yaitu antara 70 hingga 80 ton per hari.
• Deskripsi Potensi: Sampah organik di Pematang Siantar terdiri dari sisa makanan, daun, dan limbah pertanian. Potensi ekonominya tinggi jika diolah menjadi kompos atau biogas, yang bisa digunakan kembali untuk keperluan lokal, khususnya dalam sektor pertanian dan energi alternatif.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik di Kota Pematang Siantar memiliki potensi untuk didaur ulang, namun memerlukan proses pemilahan yang tepat agar dapat dimanfaatkan kembali. Kategori ini meliputi sampah plastik, logam, kertas, kaca, dan bahan-bahan lain yang sulit terurai. Di bawah ini adalah potensi dari masing-masing subkategori sampah anorganik.
a. Sampah Plastik
• Plastik merupakan salah satu jenis sampah yang paling umum di Siantar, berasal dari kemasan makanan, botol, tas, dan produk sekali pakai lainnya. Plastik memiliki potensi ekonomi tinggi apabila didaur ulang menjadi produk-produk baru, seperti biji plastik, kerajinan, dan peralatan rumah tangga. Program daur ulang plastik dapat mengurangi volume sampah dan mencegah polusi lingkungan, terutama di area perkotaan yang padat penduduk.
Estimasi Berat: Sekitar 15-20% dari total timbulan sampah, yaitu antara 20 hingga 25 ton per hari.
Deskripsi Potensi: Plastik mencakup sampah dari kemasan, botol, kantong, dan produk sekali pakai. Sampah plastik ini dapat diolah menjadi biji plastik atau produk daur ulang lainnya, seperti bahan kerajinan atau peralatan rumah tangga, yang memiliki nilai pasar di tingkat lokal dan nasional.
b. Sampah Logam
• Sampah logam, seperti kaleng, alumunium, dan besi, banyak dihasilkan dari sektor industri, perkantoran, dan kegiatan rumah tangga. Sampah logam memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena dapat didaur ulang dan digunakan kembali dalam industri manufaktur. Di Pematang Siantar, sampah logam dapat dikumpulkan dan dijual ke industri peleburan untuk diolah kembali menjadi bahan baku. Potensi ekonominya cukup signifikan, karena logam dapat diolah tanpa kehilangan kualitas materialnya.
Estimasi Berat: Sekitar 3-5% dari total sampah, yaitu sekitar 3 hingga 5 ton per hari.
Deskripsi Potensi: Sampah logam berasal dari kaleng, aluminium, dan besi. Karena logam memiliki nilai ekonomis tinggi dan kualitas yang tidak berubah ketika didaur ulang, logam ini dapat dijual ke industri peleburan atau diolah kembali dalam berbagai produk manufaktur.
c. Sampah Kertas
• Kertas bekas yang berasal dari kantor, sekolah, dan kemasan dapat didaur ulang menjadi produk kertas baru atau pulp untuk digunakan dalam industri karton dan kemasan. Daur ulang kertas mengurangi kebutuhan akan kayu sebagai bahan baku, mendukung pelestarian hutan, dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Kota Siantar dapat memanfaatkan sampah kertas ini sebagai sumber bahan baku bagi usaha daur ulang skala kecil dan menengah.
Estimasi Berat: Sekitar 10-12% dari total sampah, yaitu sekitar 12 hingga 15 ton per hari.
Deskripsi Potensi: Kertas dapat didaur ulang menjadi produk pulp untuk industri karton atau kertas baru. Dengan daur ulang kertas, Siantar dapat mengurangi kebutuhan akan bahan baku dari kayu dan mendukung keberlanjutan hutan.
d. Sampah Kaca
• Sampah kaca, seperti botol dan pecahan kaca, memiliki potensi untuk didaur ulang menjadi produk kaca baru. Namun, karena kaca mudah pecah dan berbahaya, perlu penanganan khusus untuk mengumpulkannya. Di Siantar, kaca dapat dimanfaatkan kembali dalam pembuatan kerajinan atau diolah di pabrik daur ulang yang lebih besar.
Estimasi Berat: Sekitar 2-3% dari total sampah, yaitu sekitar 2 hingga 3 ton per hari.
Deskripsi Potensi: Sampah kaca meliputi botol dan pecahan kaca yang bisa didaur ulang menjadi produk kaca baru atau dimanfaatkan untuk industri kerajinan kaca. Namun, pengelolaan sampah kaca memerlukan penanganan yang hati-hati karena sifatnya yang mudah pecah dan berbahaya.
3. Sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Sampah B3 mencakup limbah medis, baterai, produk kimia, dan elektronik yang mengandung bahan berbahaya. Jenis sampah ini memerlukan penanganan khusus karena berpotensi mencemari tanah dan air serta berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Kota Pematang Siantar perlu membangun fasilitas pengelolaan sampah B3 yang memenuhi standar agar limbah ini dapat dikelola dengan aman, misalnya dengan fasilitas khusus untuk pengumpulan dan pengolahan e-waste dan limbah medis dari fasilitas kesehatan.
• Estimasi Berat: Kurang dari 1% dari total sampah, yaitu sekitar 0,5 hingga 1 ton per hari.
• Deskripsi Potensi: Limbah B3 terdiri dari baterai bekas, elektronik, limbah medis, dan bahan kimia rumah tangga. Jenis limbah ini berbahaya dan memerlukan fasilitas khusus untuk penanganan dan daur ulang. Meskipun jumlahnya kecil, dampaknya terhadap lingkungan sangat besar jika tidak dikelola dengan benar.
4. Sampah Domestik
Sampah domestik yang dihasilkan oleh rumah tangga mencakup sisa makanan, plastik, kertas, tekstil, dan beberapa bahan anorganik lainnya. Potensi sampah domestik untuk pengelolaan berkelanjutan mencakup daur ulang plastik dan kertas, pengolahan sampah organik menjadi kompos, dan pemanfaatan sampah anorganik sebagai bahan baku. Kota Siantar bisa meningkatkan kapasitas pemilahan sampah domestik di tingkat rumah tangga untuk mendukung upaya daur ulang dan pengurangan sampah.
• Estimasi Berat: Sekitar 5-7% dari total sampah, yaitu sekitar 6 hingga 8 ton per hari.
• Deskripsi Potensi: Sampah domestik terdiri dari berbagai material campuran yang mencakup residu makanan, plastik, kertas, dan tekstil. Sampah jenis ini berpotensi untuk didaur ulang atau diolah melalui sistem pemilahan, terutama untuk bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan kembali seperti plastik dan kertas
5. Sampah Lain-lainnya
Sampah kategori lain-lain mencakup material bangunan, tekstil, dan berbagai jenis sampah yang tidak termasuk dalam kategori di atas. Di Siantar, sampah bangunan dari konstruksi atau renovasi memiliki potensi untuk didaur ulang menjadi bahan campuran konstruksi, seperti agregat untuk pembuatan jalan. Tekstil yang sudah tidak digunakan juga dapat didaur ulang menjadi produk baru seperti kain lap, tas, atau bahan baku kerajinan.
• Estimasi Berat: Sekitar 1-3% dari total sampah, yaitu sekitar 2 hingga 3 ton per hari.
• Deskripsi Potensi: Sampah bangunan atau konstruksi, seperti puing beton, batu bata, dan kayu, memiliki potensi untuk diolah menjadi bahan agregat dalam pembuatan jalan atau digunakan kembali dalam konstruksi.
Dari estimasi di atas, Kota Pematang Siantar menghasilkan sekitar 120 hingga 140 ton sampah per hari. Sampah-sampah ini berpotensi besar untuk diolah dalam mendukung ekonomi sirkular, mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir, dan berkontribusi pada pencapaian Zero Waste di kota tersebut.
Kajian Sebelumnya
Analisis terhadap studi-studi sebelumnya mengenai pengelolaan limbah dan penerapan konsep zero waste di berbagai daerah.
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait tata kelola sampah di Kota Pematang Siantar. Studi ini umumnya menyoroti masalah pengelolaan sampah yang masih bergantung pada pendekatan pembuangan akhir dan menghadapi kendala dalam kapasitas dan efisiensi. Salah satu kajian di TPA Tanjung Pinggir, misalnya, menunjukkan bahwa fasilitas dan sumber daya yang tersedia belum cukup untuk mengelola volume sampah yang terus bertambah. Selain itu, koordinasi antar lembaga yang terlibat dalam pengelolaan sampah, seperti Dinas Lingkungan Hidup dan masyarakat, juga masih perlu ditingkatkan untuk mencapai target pengelolaan sampah yang optimal
Kajian lain berfokus pada peran masyarakat dalam tata kelola sampah melalui pemisahan sampah organik dan anorganik serta inisiatif pengurangan sampah dari sumbernya (3R: reduce, reuse, recycle). Namun, implementasi program ini masih mengalami tantangan terkait sosialisasi dan kesadaran masyarakat, yang sering kali kurang efektif sehingga sampah tetap dibuang sembarangan
Studi-studi ini juga mengidentifikasi perlunya penerapan sistem pengelolaan sampah yang lebih inovatif, dengan memanfaatkan metode analisis SWOT untuk memetakan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam tata kelola sampah. Pendekatan ini diharapkan dapat memperbaiki kondisi lingkungan di Pematang Siantar dan mendukung tujuan jangka panjang menuju kota Zero Waste
Metodologi Kualitatif dan Kuantitatif
Studi ini menggunakan metode campuran untuk mendapatkan data yang komprehensif mengenai kondisi pengelolaan limbah.
Observasi Deskriptif
Pengamatan langsung terhadap praktik pengelolaan limbah yang ada saat ini di lapangan.
Hasil & Analisis Pembahasan
Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa model Hepta Helix mampu memperkuat kerjasama antar aktor dalam pengelolaan sampah. Penerapan konsep 7R menunjukkan bahwa sampah yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan nilai ekonomi, seperti pada program daur ulang plastik yang memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat.
Analisis data akan dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas strategi yang diterapkan dalam pengelolaan limbah menuju zero waste.
Contoh Produk Inovasi dari Sampah
• Tofu Paper: Diciptakan oleh Abdullah Ubaid, produk ini menggunakan limbah dari proses pembuatan tofu untuk membuat kertas makanan yang dapat dimakan. Ini mengurangi limbah dan menciptakan alternatif kemasan yang ramah lingkungan
• POPOK (LISA KEPO): Inisiatif di Surabaya ini mengubah popok bekas menjadi program daur ulang yang mengedukasi masyarakat tentang cara mendaur ulang popok. Program ini membantu mengurangi pencemaran sungai akibat popok bekas
Ecobrick: Inisiatif ini mengisi botol plastik dengan sampah plastik yang bersih dan kering untuk menciptakan “eco-bricks”. Eco-bricks ini dapat digunakan sebagai bahan bangunan untuk berbagai proyek, termasuk sekolah di Afrika Selatan
• Mushroom Cultivation from Coffee Grounds: Di Belgia, perusahaan PermaFungi menggunakan limbah kopi untuk menumbuhkan jamur. Limbah kopi dikumpulkan dari kedai kopi dan digunakan sebagai media tanam, menciptakan produk makanan baru sambil mengurangi limbah
3D Printing Street Furniture: Di Thessaloniki, Yunani, limbah plastik dari rumah tangga digunakan untuk mencetak furnitur kota dengan teknologi 3D. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan ruang publik dengan produk yang berkelanjutan
Chewing Gum Skateboard Wheels: Dua mahasiswa Prancis mengembangkan roda skateboard dari limbah permen karet yang dikumpulkan. Mereka menggunakan sistem pengumpulan khusus untuk mengubah permen karet bekas menjadi produk baru
Plastic Roads: Beberapa perusahaan, seperti MacRebur, telah mulai menggunakan plastik bekas untuk membangun jalan. Plastik dilebur dan dicampur dengan bahan tambahan sebelum digunakan sebagai material jalan, membantu mengurangi limbah plastik
CashTrash: Program ini memanfaatkan teknologi mobile untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi sistem pengelolaan sampah dengan memberikan insentif bagi masyarakat untuk mendaur ulang
Black Soldier Fly (BSF) for Food Waste: Magalarva menggunakan larva BSF untuk mendaur ulang limbah makanan menjadi sumber protein baru. Larva ini sangat efisien dalam mengolah limbah organik
Contoh Inovasi dari Limbah Cangkang Telur
• Penyerap Limbah Logam Berat: Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan produk bernama Eggshell Adsorbent (Ellbent) yang menggunakan cangkang telur untuk menyerap logam berat seperti kadmium dari limbah industri. Produk ini efektif dan terjangkau, menawarkan solusi untuk masalah pencemaran limbah di industri batik.
Kosmetik Face Spray: Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) menciptakan collagen face spray dari cangkang telur. Produk ini memanfaatkan membran cangkang yang kaya akan kolagen untuk menjaga kelembapan dan elastisitas kulit, serta mencegah penuaan dini
Pupuk Organik Cair: Cangkang telur juga dapat diolah menjadi pupuk organik cair. Proses fermentasi cangkang telur menghasilkan pupuk yang kaya nutrisi, membantu pertumbuhan tanaman dan mengurangi limbah
Produk ini telah terbukti meningkatkan perekonomian kelompok masyarakat yang terlibat dalam produksinya.
• Tepung Cangkang Telur: Cangkang telur dapat diolah menjadi tepung cangkang telur, yang kaya akan kalsium. Tepung ini bisa digunakan sebagai bahan tambahan dalam produk pangan seperti mie instan dan onde-onde, memberikan nilai gizi tambahan dan mengurangi risiko osteoporosis
Kerajinan Tangan dan Souvenir: Limbah cangkang telur juga dapat digunakan untuk membuat kerajinan tangan seperti hiasan gantungan, boneka, dan aksesoris. Produk-produk ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki nilai jual tinggi
Manfaat Model Pembelian Sampah
• Pengurangan Volume Sampah: Dengan memberikan insentif kepada masyarakat untuk mengumpulkan dan menjual sampah, jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) dapat berkurang secara signifikan. Model ini mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam memilah dan mendaur ulang limbah mereka
.
• Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Program ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Edukasi mengenai pemilahan dan nilai ekonomi dari sampah dapat mengubah perilaku masyarakat dalam mengelola limbah
• Penciptaan Produk Bernilai Ekonomis: Sampah yang dibeli dapat diolah menjadi produk bernilai tambah, seperti paving blok dari plastik, kompos dari limbah organik, atau produk daur ulang lainnya. Ini tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat
.
• Model Hepta Helix: Penerapan model bisnis pembelian sampah dapat melibatkan berbagai stakeholder, termasuk pemerintah, akademisi, komunitas, dan sektor swasta. Kolaborasi ini menciptakan sinergi yang kuat dalam pengelolaan sampah dan mendukung tujuan keberlanjutan
• Insentif Ekonomi: Masyarakat akan mendapatkan manfaat langsung dari program ini melalui insentif finansial untuk setiap kilogram sampah yang mereka kumpulkan. Ini dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program zero waste
Penutup (Kesimpulan & Saran serta Rekomendasi)
Kesimpulan
Kota Pematang Siantar memiliki potensi besar untuk mengoptimalkan pemanfaatan berbagai jenis sampah melalui konsep Zero Waste dan ekonomi sirkular. Pengelolaan yang baik akan mampu mengubah limbah ini menjadi sumber ekonomi berharga bagi masyarakat, mengurangi polusi, serta mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG’s). Upaya optimalisasi ini akan melibatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam kerangka kerja yang berkelanjutan.
Penerapan fisika ekonomi melalui prinsip entropi dan konservasi energi menawarkan pendekatan inovatif dalam tata kelola limbah menuju zero waste.
Saran
• Memperluas penerapan sistem daur ulang.
• Mendorong kolaborasi lintas sektor melalui model hepta helix.
• Mengintegrasikan SDG’s dalam kebijakan lokal untuk mendukung keberlanjutan.
Rekomendasi
Diperlukan edukasi publik untuk meningkatkan kesadaran pemilahan sampah, serta penguatan peran pemerintah dan komunitas dalam mendukung ekonomi hijau.
Daftar Pustaka
1) Irawan, B., Purnomo, A., & Hasan, R. (2019). 7R sebagai Konsep Pengelolaan Limbah Terintegrasi. Jurnal Lingkungan dan Sumber Daya Alam, 10(2), 85-94.
2) United Nations. (2015). Sustainable Development Goals. United Nations Department of Economic and Social Affairs. Retrieved from https://sdgs.un.org/goals
3) Ellen MacArthur Foundation. (2017). Concept of Circular Economy for Urban Waste Management. Ellen MacArthur Foundation.
4) Ministry of Environment and Forestry Indonesia. (2020). Strategi Pengelolaan Sampah Perkotaan Berkelanjutan. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
5) Munawaroh, S., & Hidayat, T. (2022). Ekonomi Hijau sebagai Pilar Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Ilmiah.
6) Wibowo, A., & Sudrajat, R. (2021). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif dalam Studi Lingkungan Perkotaan. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada.
7) Rifai, M., & Mahendra, D. (2020). Studi Model Hepta Helix dalam Pengembangan Ekonomi Lokal. Jurnal Inovasi Ekonomi, 12(4), 97-110.
8) Bappenas. (2019). Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Sampah dan Ekonomi Hijau. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.