Konferensi Internasional ISQua ke-40: Health for People and Planet: Building Bridges to a Sustainable Future

oleh -
oleh
Konferensi Internasional ISQua ke-40: Health for People and Planet: Building Bridges to a Sustainable Future 1
DR. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns, M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA.

Penulis : DR. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns, M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA (Pengurus Pusat LAFKI)

Dayak News – Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia (LAFKI) kembali menunjukkan komitmennya dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dengan mengirim kurang lebih dari 16 delegasi pada Konferensi Internasional ISQua ke-40 di Istanbul, Turkiye. Mengusung tema “Health for People and Planet: Building Bridges to a Sustainable Future” pada September 2024 mendatang. konferensi ini diharapkan menjadi wahana pertukaran gagasan dan pengalaman yang sangat berharga bagi para profesional kesehatan dari seluruh dunia. Setelah sukses mengirim delegasi ke konferensi ke-39 di Seoul tahun lalu, tahun ini LAFKI berharap dapat memperdalam wawasan dan memperluas jejaring internasional.

Membangun Fondasi yang Kokoh untuk Masa Depan Berkelanjutan

Dalam era globalisasi yang kian kompleks ini, kolaborasi lintas negara menjadi kunci keberhasilan dalam menyelesaikan berbagai tantangan kesehatan. Konferensi ISQua ke-40 menawarkan kesempatan unik untuk memahami berbagai pendekatan inovatif dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Tema “Health for People and Planet: Building Bridges to a Sustainable Future” merefleksikan kebutuhan mendesak untuk mengintegrasikan kesehatan manusia dengan kelestarian lingkungan dalam satu visi yang holistik.

Para delegasi LAFKI membawa misi penting untuk menyerap ilmu dan best practice yang dapat diadaptasi dan diimplementasikan di Indonesia. Mereka diharapkan dapat mengembangkan strategi yang tidak hanya meningkatkan kualitas layanan kesehatan tetapi juga memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Hal ini selaras dengan teori sistem yang dikemukakan oleh Ludwig von Bertalanffy, yang menekankan pentingnya memahami interaksi antara berbagai komponen dalam suatu sistem untuk mencapai keseimbangan dan efisiensi.

Partisipasi aktif dalam konferensi ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran, tetapi juga kesempatan untuk melakukan refleksi kritis terhadap kondisi pelayanan kesehatan di Indonesia. Berdasarkan teori perubahan organisasi yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, proses perubahan harus melibatkan tiga tahap: unfreezing, changing, dan refreezing. Delegasi LAFKI dapat memanfaatkan wawasan yang diperoleh untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang memerlukan perbaikan (unfreezing), menerapkan perubahan berdasarkan best practice internasional (changing), dan akhirnya menstabilkan perubahan tersebut dalam sistem pelayanan kesehatan Indonesia (refreezing).

BACA JUGA :  Fruit Sando, Sarapan Parktis, Enak dan Bergizi yang Viral

Jejak Langkah di Seoul dan Harapan di Istanbul

Tahun lalu, delegasi LAFKI yang hadir di Seoul mendapatkan banyak pelajaran berharga. Konferensi tersebut membuka mata mereka terhadap berbagai inovasi di bidang kesehatan yang telah diterapkan di negara-negara maju. Salah satu pelajaran penting adalah pentingnya pendekatan person-centered care, yang menempatkan pasien sebagai pusat dari segala aktivitas layanan kesehatan. Konsep ini sejalan dengan teori humanistik yang dikemukakan oleh Carl Rogers, yang menekankan pentingnya memperlakukan individu sebagai subyek yang memiliki potensi untuk berkembang.

Di Istanbul, delegasi LAFKI diharapkan dapat mengeksplorasi lebih jauh bagaimana mengintegrasikan konsep sustainability dalam pelayanan kesehatan. Isu perubahan iklim dan dampaknya terhadap kesehatan manusia menjadi topik yang krusial dalam konferensi ini. Para ahli akan membahas berbagai strategi untuk mengurangi jejak karbon dari fasilitas kesehatan, meningkatkan efisiensi energi, dan mempromosikan praktik-praktik ramah lingkungan. Teori ekologi manusia yang dikemukakan oleh Urie Bronfenbrenner sangat relevan dalam hal ini, karena menekankan pentingnya interaksi antara individu dan lingkungan mereka dalam menentukan kesehatan dan kesejahteraan.

Menggali Inspirasi dan Membangun Jaringan
Selain sesi-sesi ilmiah, konferensi ini juga menawarkan berbagai peluang untuk berjejaring dengan para profesional kesehatan dari berbagai negara. Jaringan yang kuat menjadi modal penting bagi LAFKI dalam upayanya untuk terus meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Teori jaringan sosial yang dikemukakan oleh Mark Granovetter dapat memberikan kerangka kerja yang berguna dalam memahami pentingnya hubungan sosial dalam penyebaran inovasi dan praktik terbaik.

Delegasi LAFKI akan memiliki kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan para pemimpin industri kesehatan, peneliti terkemuka, dan praktisi yang telah berhasil menerapkan perubahan signifikan dalam sistem kesehatan mereka. Diskusi-diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan ide-ide baru dan memperkuat kolaborasi internasional yang dapat mendukung upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan di Indonesia.

BACA JUGA :  Rumawi dan Rum dalam Sinema

Pengalaman yang diperoleh dari konferensi ini akan menjadi bahan refleksi penting bagi LAFKI dalam mengembangkan kebijakan dan strategi ke depan. Tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana mengadaptasi berbagai inovasi dan praktik terbaik yang diperoleh dari konferensi ini agar sesuai dengan konteks lokal di Indonesia. Hal ini memerlukan pendekatan yang kritis dan analitis, serta kemampuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi.

Sebagai contoh, konsep person-centered care yang dipelajari dari konferensi di Seoul telah mulai diterapkan di beberapa fasilitas kesehatan di Indonesia. Namun, masih terdapat berbagai tantangan dalam implementasinya, seperti resistensi dari tenaga kesehatan yang sudah terbiasa dengan pendekatan yang lebih tradisional. Teori resistensi terhadap perubahan yang dikemukakan oleh John P. Kotter dapat memberikan wawasan tentang bagaimana menghadapi tantangan ini, dengan menekankan pentingnya menciptakan sense of urgency dan membangun koalisi yang kuat untuk mendukung perubahan.

Kesimpulan
Partisipasi LAFKI dalam Konferensi Internasional ISQua ke-40 bukan hanya sekadar kehadiran fisik, tetapi merupakan bagian dari upaya strategis untuk membawa perubahan positif dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Dengan tema “Health for People and Planet: Building Bridges to a Sustainable Future”, konferensi ini menjadi momen penting untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam praktik kesehatan sehari-hari. Melalui analisis kritis dan penerapan teori-teori yang relevan, delegasi LAFKI diharapkan dapat membawa pulang wawasan dan strategi baru yang dapat membantu meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia secara holistik dan berkelanjutan.

Referensi
1. Bertalanffy, L. V. (1968). General System Theory: Foundations, Development, Applications. George Braziller.
2. Lewin, K. (1947). Frontiers in Group Dynamics: Concept, Method and Reality in Social Science; Social Equilibria and Social Change. Human Relations, 1(1), 5-41.
3. Rogers, C. R. (1961). On Becoming a Person: A Therapist’s View of Psychotherapy. Houghton Mifflin.
4. Bronfenbrenner, U. (1979). The Ecology of Human Development: Experiments by Nature and Design. Harvard University Press.
5. Granovetter, M. S. (1973). The Strength of Weak Ties. American Journal of Sociology, 78(6), 1360-1380.
6. Kotter, J. P. (1996). Leading Change. Harvard Business Review Press.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.